Senin, 16 April 2012

(**)

Pengen sharing tentang pengalaman UN ketika SMA 4 tahun yang lalu niih :)

Yang sangat saya sesalkan ketika UN berlangsung adalah ketidakjujuran yang terjadi. Bahkan semua elemen sepertinya bekerjasama dalam ketidakjujuran ini, baik itu murid2 (termasuk saya), pengawas, bimbel, guru, bahkan diknas sekali-pun. Alasannya simpel :

1. Bagi murid2
Masuk bersama, keluar pun harus bersama-sama. All for one, one for all, yeaah :)

 2. Bagi bimbel
Siswa sudah bayar mahal, jadi harus lulus. Lagi pula, dengan lulusnya anak bimbingan, maka itu akan menjadi word of mouth yang positif bagi bimbel tersebut. Menaikkan pamor, dan juga laba !

3. Bagi guru dan sekolah
Ini sudah jelas. Mempertahankan atau meningkatkan prestise sekolah. Sekolah harus mencapai target kelulusan yang sudah ditetapkan oleh Diknas

4. Bagi pengawas
Kasihan dan takut karma terjadi dengan murid, anak, dan cucu mereka

5. Bagi Diknas
Mencapai target yang ditetapkan pemerintah pusat,mengharumkan nama provinsi masing2 :)
 
Yah beginilah pendidikan di negeri ini, yang pada umumnya lebih menekankan hasil dibandingkan dengan proses. Coba kamu inget2 lagi deh ketika kamu SD, SMP, ataupun kuliah, betapa berharganya mendapatkan nilai ujian yang tinggi. Murid2 dibandingkan dengan sesamanya, sehingga bila seorang murid mendapatkan nilai yang lebih jelek dibandingkan murid yang lainnya, maka ia akan merasa sangat bodoh. Dan bodoh itu menjadi labeling untuk murid tersebut, yang akhirnya me-leading ke arah learn helplesness. Padahal kan setiap individu itu unik ya, jadi gak bisa dibandingin (hahahaa maap psikologi banget). Yah makanya, kalo mau ngebandingin jangan antar murid, tapi bandingkanlah kemampuan murid tersebut dari waktu ke waktu. Sesuai dengan kata pepatah : orang yang lebih baik dari hari ini adalah orang yang beruntung. Nah, dilihat nih perbandingan murid tersebut dari waktu ke waktu. Kalo si murid menunjukkan perubahan yang positif, maka pujilah ia, berikan ia reinforcement.  Agar ia bisa lebih menghargai usaha yang ia lakukan untuk menjadikan dirinya lebih baik #tsaaaaaaah

Dan saya selalu percaya, proses itu selalu berbanding lurus dengan hasil. Proses yang baik akan membuahkan hasil yang baik pula :)


Akhir kata,maaf jikalau jaka tarub bawa golok, tapi
 Izinkan Cipi untuk membangun PAUD ataupun TK ya Allah :)





2 komentar:

  1. Aaammmiiinn.. Cipi for minister of education!! :D

    BalasHapus
  2. yeeey aaaamiiiin !!!
    Kak Mamot for istrinya TNI uhuuuuuy

    BalasHapus